Tips Bermedia dengan Sehat di Era Digital

Opini: Dr. Edi Rosman, M.Hum (Wakil Rektor III UIN Sjech M. Djamil Djambek Bukittinggi)

Pendahuluan: Hidup di Era Ledakan Informasi

Era digital yang kita jalani saat ini menghadirkan banyak kemudahan sekaligus tantangan baru. Media digital telah menjadi ruang publik baru di mana siapa pun dapat menyampaikan ide, menyebarkan informasi, bahkan memengaruhi opini masyarakat dalam hitungan detik. 

Kehidupan kita sehari-hari, baik dalam urusan pendidikan, pekerjaan, hingga relasi sosial sudah tidak bisa dilepaskan dari media digital.

Namun, di balik kemudahan itu, kita juga dihadapkan pada fenomena yang memprihatinkan: penyebaran hoaks, ujaran kebencian, polarisasi politik, bahkan kecanduan media sosial. 

Banyak individu terjebak dalam arus informasi yang tidak terfilter, sehingga bukannya memperluas wawasan, justru membuat masyarakat semakin rentan terpecah.

Dalam konteks inilah penting bagi kita membangun kesadaran bersama tentang bagaimana bermedia dengan sehat. Sehat di sini bukan hanya soal menjaga mata dari radiasi layar, tetapi juga kesehatan mental, emosional, dan sosial ketika kita berinteraksi di ruang digital.

Mengapa Bermedia dengan Sehat Itu Penting?

Pertama, media digital bukan sekadar alat komunikasi, tetapi juga ruang interaksi yang membentuk identitas dan persepsi diri kita. Apa yang kita konsumsi dan bagikan di media akan membentuk cara pandang kita terhadap dunia.

Kedua, tanpa pola penggunaan yang sehat, media digital dapat menjadi sumber masalah serius. Banyak penelitian mengungkapkan bahwa penggunaan media sosial yang berlebihan bisa memicu stres, depresi, rasa cemas, bahkan menurunkan produktivitas. Selain itu, dampak sosial juga nyata, seperti konflik akibat perbedaan informasi yang tidak tervalidasi.

Ketiga, dari perspektif keagamaan dan moral, bermedia dengan sehat juga merupakan bagian dari tanggung jawab etis. Islam, misalnya, sangat menekankan pentingnya tabayyun memeriksa kebenaran suatu informasi sebelum menyebarkannya. Prinsip ini sangat relevan di era digital ketika setiap orang dapat menjadi “wartawan” sekaligus “editor” dalam genggaman tangannya.

Lima Tips Bermedia dengan Sehat

Agar media digital dapat menjadi sarana yang membawa manfaat, berikut beberapa tips praktis yang dapat kita terapkan:

1. Gunakan Media dengan Kesadaran, Bukan Sekadar Kebiasaan.

Banyak orang membuka media sosial bukan karena butuh informasi, tetapi karena kebiasaan atau bahkan kecanduan. 

Cobalah tanyakan pada diri sendiri: “Untuk apa saya membuka media ini sekarang? Apakah untuk mencari informasi, bersilaturahmi, atau sekadar membuang waktu?” Dengan menumbuhkan kesadaran, kita bisa mengendalikan media, bukan dikendalikan olehnya.

2. Biasakan Tabayyun sebelum Menyebarkan Informasi.

Salah satu masalah terbesar di era digital adalah hoaks. Berita palsu bisa merusak reputasi seseorang, menimbulkan kepanikan, bahkan menggoyahkan stabilitas sosial. 

Karena itu, kita perlu membiasakan diri memeriksa sumber informasi sebelum membagikannya. Gunakan prinsip sederhana: “Apakah berita ini benar? Apakah bermanfaat jika saya bagikan?” Dengan begitu, kita tidak menjadi bagian dari rantai penyebar kebohongan.

3. Bangun Literasi Digital.

Bermedia dengan sehat membutuhkan kemampuan literasi digital, yaitu kemampuan memahami, menganalisis, dan mengkritisi informasi yang kita temui. 

Literasi digital juga mencakup kesadaran akan jejak digital (digital footprint). Apa pun yang kita tulis, unggah, atau bagikan akan meninggalkan jejak dan bisa diakses orang lain, bahkan bertahun-tahun kemudian. Maka, kita perlu bijak sebelum mengetik. Ingatlah pepatah modern: “Think before you click.”

4. Kelola Waktu dengan Bijak.

Salah satu dampak negatif media digital adalah kecanduan. Banyak orang tanpa sadar menghabiskan berjam-jam hanya untuk scrolling media sosial. 

Padahal, waktu adalah anugerah berharga. Untuk itu, kita perlu membuat jadwal penggunaan media: kapan waktunya belajar, bekerja, beribadah, berinteraksi langsung dengan keluarga, dan kapan waktunya mengakses media digital. Disiplin waktu akan membuat hidup lebih seimbang, sehat, dan produktif.

5. Gunakan Media untuk Kebaikan Sosial

Media digital seharusnya menjadi sarana untuk menyebarkan kebaikan, menebarkan ilmu, dan mempererat silaturahmi. Dengan berbagi konten yang inspiratif, edukatif, dan bermanfaat, kita bisa menjadi bagian dari ekosistem media yang sehat. 

Dalam perspektif Islam, setiap kebaikan yang kita sebarkan akan kembali kepada kita sebagai amal jariyah.

Tantangan dan Harapan ke Depan

Tantangan terbesar dalam mewujudkan ekosistem media yang sehat adalah masih rendahnya kesadaran masyarakat. 

Banyak orang lebih suka membagikan berita sensasional tanpa memikirkan dampaknya. Selain itu, algoritma media sosial sering kali memperkuat konten yang provokatif karena dianggap lebih menarik perhatian.

Namun, di sisi lain, kita juga memiliki harapan besar. Generasi muda kita, termasuk para mahasiswa, memiliki potensi besar untuk menjadi agen perubahan. 

Jika mereka dibekali dengan literasi digital yang kuat, mereka bisa menjadi teladan dalam menggunakan media dengan sehat. Kampus, sekolah, dan lembaga pendidikan memiliki peran penting untuk mendidik generasi melek media, kritis, dan beretika.

Penutup: Saatnya Menjadi Pengguna Media yang Sehat

Era digital tidak bisa kita hindari, tetapi bisa kita arahkan agar membawa manfaat. Dengan membangun kesadaran, membiasakan tabayyun, meningkatkan literasi digital, mengelola waktu, dan menggunakan media untuk kebaikan sosial, kita bisa menjadi pengguna media yang sehat sekaligus produktif.

Sebagai penutup, mari kita renungkan firman Allah dalam QS. Al-Hujurat ayat 6: “Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti, agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya, yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu.”

Ayat ini menegaskan bahwa sikap kritis, hati-hati, dan penuh tanggung jawab dalam menerima serta menyebarkan informasi adalah perintah agama sekaligus kebutuhan zaman. 

Mari kita jadikan media digital bukan sebagai sumber masalah, tetapi sebagai sarana memperkuat ilmu, iman, dan persaudaraan. ***