Saatnya Pariwisata Indonesia Maju dengan Otonomi Pariwisata

Opini : Surya Wijaya, Ketua HIPTI

Letak geografis Indonesia yang begitu luas dan terdiri dari ribuan pulau membuat kita memiliki ribuan destinasi menarik dan indah tetapi juga mempunyai kendala besar dalam pengelolaan nya, dan jika tidak pintar maka akan seperti sekarang ini kondisinya. 

Indonesia cuma punya destinasi terbaik, tetapi tidak ada pengunjungnya. Bahkan penyumbang terbesar wisatawan mancanegara hanya bertumpu pada 3 daerah yaitu, Bali, Jakarta dan Kepri merupakan 3 greatest penyumbang wisman. 

Lalu yang lain bagaimana? Yang lain tetap tidur meskipun sesekali bangun jika ada sesuatu yang viral, misalnya seperti pacu jalur di Riau. Dan seperti biasa dimana ada yang viral di sanalah kementerian Pariwisata sibuk untuk membrandingnya. 

Kita kembali kepada judul diatas, bahwa Indonesia memerlukan Otonomi Pariwisata agar pariwisata bisa maju. 

Kali ini kita kupas Provinsi Kepri, yang merupakan satu dari daerah perbatasan terbaik yang ada di Indonesia yaitu di himpit oleh dua border emas Singapura dan Malaysia. 

Tetapi apa yang terjadi? Setiap tahun hanya 2 juta lebih wisatawan mancanegara yang datang, dan kunjungan tertinggi kita di Kepri pernah mencapai 2,8 juta di tahun 2019 dan di era mentri Pariwisata yang pintar yaitu, Arif Yahya. 

Ada beberapa faktor kenapa Kepri sulit untuk dongkrak lebih dari 3 juta wisman pertahun. 

Pertama, pariwisata di Kepri hanya hidup di dua daerah saja yaitu Batam dan Bintan, hal ini karena di dua daerah tersebut sangat mandiri dan industri pariwisatanya punya power yang luar biasa. 

Kedua, Kementerian Pariwisata nya tidak paham apa yang terbaik untuk pariwisata Kepri. 

Ketiga, karena semua aturan berasal dari pusat maka semua ornamen terkait kebijakan tidak bisa dilakukan oleh pemerintah daerah, seperti harga tiket pesawat yang diluar nalar dan tiket ferry yang masih mahal, serta banyak aturan yang tidak mendukung. 

Seharusnya otonomi pariwisata itu diberikan kepada Bali, Jakarta dan Kepri untuk mengatur pariwisatanya sendiri di bawah badan langsung dibawah Presiden. 

Lalu apa kerja Kementerian Pariwisata Indonesia? Sangat banyak yaitu mereka mengelola daerah lain selain 3 daerah diatas, agar mereka tau bekerja dan punya fungsi yang benar utk memajukan pariwisata Indonesia. 

Salah satu faktor penghambat pariwisata Kepri adalah, bahwa wisatawan mancanegara hanya fokus berliburan di Batam dan Bintan, sedangkan Tanjung Pinang, Karimun dan Lingga hanya musiman. 

Dua surga wisata bahari di Kepri ini yaitu Natuna dan Anambas seperti tertidur pulas. 

Pariwisata itu adalah sebuah perjalanan, jika biaya transportasi yang dikeluarkan oleh wisatawan lebih dari 15 persen dari biaya akomodasi yang lain maka daerah tersebut akan sulit utk dikunjungi wisatawan.

Kita lihat Natuna dan Anambas itu lebih dari 40 persen biaya transportasinya untuk menuju kesana.

Hanya ada satu cara untuk mengubah itu semua, yaitu otonomi pariwisata. Dan kita gak perlu kuatir jika Batam punya otorita dan Aceh juga ada otorita disana dan daerah lain paham, karena punya kepentingan yang berbeda.

Begitu juga sudah saatnya Indonesia menerapkan otonomi pariwisata bagi daerah potensial di Indonesia, salah satunya adalah Kepri. (***)