BUKITTINGGI (HK) — Rektor Universitas Islam Negeri (UIN) Sjech M. Djamil Djambek Bukittinggi, Prof. Dr. Silfia Hanani, menilai bahwa penyelenggaraan Annual International Conference on Islam, Science, and Society (AICIS+) 2025 oleh Kementerian Agama RI merupakan momentum penting dalam membangkitkan kembali semangat keilmuan Islam yang berpadu dengan nilai kemanusiaan dan kemajuan teknologi.
Dalam pandangan Rektor, gagasan Menteri Agama RI, Prof. Dr. KH. Nasaruddin Umar, untuk membangun peradaban Islam baru berbasis ilmu pengetahuan merupakan arah strategis yang sejalan dengan komitmen perguruan tinggi keagamaan Islam (PTKI) menuju transformasi akademik yang moderat dan inklusif.
“Gagasan Bapak Menteri Agama tentang kebangkitan peradaban Islam modern dan Ekoteologi merupakan refleksi mendalam atas peran agama dalam menjawab tantangan global, terutama krisis moral dan ekologis. Kampus harus menjadi tempat bertemunya ilmu, nilai, dan aksi nyata,” ujar Prof. Silfia di Bukittinggi, Kamis (31/10/2025).
Lebih lanjut, Prof. Silfia menegaskan bahwa arah pemikiran AICIS+ 2025 sepenuhnya sejalan dengan visi UIN Sjech M. Djamil Djambek Bukittinggi menjadi universitas unggul dalam keislaman dan sains teknologi berbasis kearifan lokal bertaraf internasional tahun 2047.
“Integrasi keilmuan yang dibangun melalui riset, pengajaran, dan pengabdian masyarakat merupakan langkah konkret untuk menjadikan Islam sebagai sumber inspirasi kemajuan. UIN Bukittinggi berkomitmen memperkuat penelitian interdisipliner yang berpijak pada nilai spiritual dan kearifan lokal,” tambahnya.
Menurutnya, konsep Ekoteologi Islam yang diangkat Menag dalam forum AICIS+ juga relevan dengan arah riset para akademisi UIN Bukittinggi yang banyak berfokus pada isu keberlanjutan, lingkungan, dan sosial-keagamaan.
“Pesan kasih sayang dalam Asmaul Husna dapat menjadi dasar etika ekologis. Krisis lingkungan sejatinya adalah krisis spiritual. Di sinilah peran teologi untuk memulihkan kesadaran ekologis umat manusia,” jelasnya.
Sementara itu, Hardiansyah Padli, SE.I., ME, salah satu dosen UIN Bukittinggi yang terpilih menjadi pemakalah dalam AICIS+ 2025, menilai bahwa forum ini membuka ruang dialog yang luas antara Islam, sains, dan budaya lokal.
Menurutnya, AICIS+ tidak hanya sekadar konferensi akademik, tetapi juga platform untuk membangun narasi baru tentang Islam Indonesia di tingkat global.
“Bagi kami, AICIS+ adalah ruang intelektual sekaligus moral. Di sini, ilmuwan Muslim dapat menunjukkan bahwa Islam memiliki solusi terhadap berbagai krisis global — dari lingkungan hingga ekonomi,” ujar Hardiansyah, yang mempresentasikan riset tentang konstruksi sosial ekonomi berkelanjutan berbasis nilai-nilai Minangkabau.
Ia menambahkan bahwa kolaborasi antarnegara yang diusung AICIS+ mencerminkan semangat Baitul Hikmah modern, sebagaimana disampaikan Menteri Agama.
“Asia Tenggara, termasuk Indonesia, memiliki potensi besar menjadi pusat peradaban Islam kontemporer yang berbasis ilmu dan kemanusiaan,” tambahnya.
Dia menegaskan, bahwa keikutsertaan para dosen UIN Bukittinggi di forum internasional seperti AICIS+ menunjukkan kesiapan kampus untuk menjadi bagian dari jejaring keilmuan global.
“Kita tidak hanya ingin menjadi peserta, tetapi juga penggerak. AICIS+ membuktikan bahwa riset dan pemikiran Islam Indonesia dapat berbicara di tingkat dunia,” pungkasnya. (r/dam)