NATUNA (HK) – Musim utara di Natuna setiap tahun menjadi momok yang menakutkan bagi warga Kabupaten Natuna.
Pasalnya di musim ini anomali cuaca kerap terjadi dan susah diprediksi. Sehingga kehadirannya berdampak bahaya bagi kehidupan, lingkungan dan juga kegiatan.
Musim ini berlangsug hingga enam bulan dan puncaknya terjadi pada kurun waktu empat bulan. Musim ini ditandai dengan keadaan cuaca yang tidak wajar (anomali) seperti ombak tinggi, angin kencang, angin puting beliung, hujan beruntun sampai berhari-hari tanpa jeda dan petir yang menggelegar serta ditandai juga dengan kombinasi keadaan cuaca tersebut.
Kemudian dampaknya terjadi banjir, keadaan laut yang tidak layak dilayari, banjir, longsor, rumah roboh, pohon tumbang, abrasi, listrik padam, distribusi air bersih macet, kegiatan masyarakat terganggu hingga terjadinya gangguan penerbangan dan lain sebagainya.
Musim ini di Natuna setiap tahun terjadi, akan tetapi ada kalanya kejadian tersebut tidak berlangsung signifikan dan ada kalanya juga memang betul-betul merajalela.
Untuk tahun ini, sejumlah kalangan memperkirakan bahwa musim utara bakal berlangsung kencang dan berpotensi besar mengganggu kehidupan.
“Ini belum masuk utara, bang. Tapi kalau lihat model cuaca yang terjadi sekarang kayakanya musim utaranya akan parah betul tahun ini,” kata Badri, seroang warga di Ranai, (10/9/2025).
Dikatakannya, saat ini cuaca sudah lumayan tidak menentu dan sekarang masih baru bulan sembilan. Kondisi pra musim utara seperti ini dianggapnya sebagai indikasi bahwa musim tersebut tahun ini bakal berlangsung keras.
“Apalagi nanti bulan sepuluh sampai bulan tiga di tahun depan itu kayaknya akan jauh lebih parah,” paparnya memperkirakan.
Dengan begitu, Badri mengaku tengah menyiapkan diri untuk memasuki musim yang dianggapnya tidak menguntungkan tersebut.
“Maka ini juga harus kita pikirkan dari sekarang, paling tidak kita siapkan beras yang agak banyak sikit. Dan pohon-pohon yang agak dekat dengan rumah kita pangkas. Takut nanti kita tak dapat kerja karena cuaca buruk sampai berbulan-bulan,” ujar pria pekerja swasta itu.
Senada dengan prediksi warga dan persiapannya itu, Pemerintah Kabupaten Natuna juga telah sibuk melakukan berbagai persiapan sebelum datagnya musim utara.
“Akan tetapi terkait prediksi kami di pemerintahan kiblatnya ke BMKG karena instansi itu yang berwenang mengeluarkan prediaksi cuaca dan peringatan dini. Maka langkah kami koorinadi intens dengan BMKG,” kata
Kabid Kedaruratan dan Logistik BPBD Kabupaten Natuna, Zulheppy, SH di tempat kerjanya.
Selain itu, langkah-langkah konkrit juga telah dilaksanakan pemerintah untuk menangani berbagai kemungkinan yang berpotensi terjadi selama musim utara.
“Kita sejak sebelum waktunya datang kita sudah mengaktifkanmode kesiapsiagaan. Kita persiapakan SDM yang cukup, fasilitas dan juga koordinasi dan sosialisasi yang intens dengan semua pihak, terutama sekali masyarakat,” jelas Zulehppy.
Terkait sosialisasi, ia menegaskan bahwa kegiatan ini dilakukan secara menyeluruh di semua wilayah karena musim utara tidak terjadi secara parsial, melainkan semua wilayah menjadi rawan bahaya dengan musim utara, termasuk laut dan udaranya.
Selain sosialiasi, Bupati Natuna, Cen Sui Lan juga sudah mengeluarkan SE (Surat Edaran) Nomor 100.3.4.2/160/BPBD-PK/IX/2025 Tentang Kesiapsiagaan Dalam Menghadapi Potensi Bencana Banjir, Longsor, Gelombang dan Cuaca Ekstrim di Kabupaten Natuna..
SE yang dikeluarkan pada tanggal 8 September tersebut dialamatkan kepada semua camat, lurah dan kepala desa agar dapat menghimbau masyarakat di wilayahnya masing-masing dan melaporkan kejadian bencana secepatnya kepada Pusat Pengendalian Operasi (Pusdalop) BPBD Kabupaten Natuna dan mensosialisasikan Nomor Kontak Darurat Bencana 08117090117.
“Itu bentuk-bentuk persiapan yang dilakukan Pemkab Natuna. Mudah-mudahan kita dan wilayah kita tetap aman dari segala bentuk ancaman,” ucap Zulheppy. (fat).