TANJUNGPINANG (HK)- Mahasiswa Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi (STIE) Pembangunan Tanjungpinang yang tengah melaksanakan Kuliah Kerja Nyata (KKN) menggelar kegiatan edukatif bertajuk “Belajar Sejarah dan Budaya Melayu di Pulau Penyengat”, Minggu (26/10).
Kegiatan ini bertujuan memperluas wawasan sejarah serta menumbuhkan kecintaan terhadap warisan budaya lokal yang menjadi kebanggaan masyarakat Kepulauan Riau.
Perjalanan dimulai dari Pelabuhan Tanjungpinang menuju Pulau Penyengat menggunakan kapal pompong, transportasi tradisional khas masyarakat pesisir.
Sepanjang perjalanan, para peserta menikmati semilir angin laut dan pemandangan indah Selat Riau yang menenangkan.
Setibanya di Pulau Penyengat, rombongan disambut hangat oleh pemandu lokal yang siap memaparkan kisah kejayaan Kesultanan Riau-Lingga.
Destinasi pertama yang dikunjungi adalah Masjid Raya Sultan Riau, bangunan bersejarah yang terkenal karena menggunakan campuran putih telur sebagai perekat konstruksinya. Di tempat ini, mahasiswa mendapatkan penjelasan mengenai sejarah berdirinya masjid serta peran pentingnya dalam perkembangan Islam dan kebudayaan Melayu di masa lampau.
Kunjungan dilanjutkan ke Galeri Kutubkhanah Marhum Ahmadi, tempat penyimpanan berbagai naskah kuno, kitab, dan artefak peninggalan kerajaan Melayu. Tak jauh dari sana, rombongan juga mengunjungi Gedung Abib, bangunan yang dahulu berfungsi sebagai tempat pengobatan tradisional milik seorang tabib terkenal.
Gedung ini menjadi saksi perjalanan panjang sejarah pengobatan dan kehidupan sosial masyarakat Pulau Penyengat.
Perjalanan berlanjut ke Makam Raja Hamidah, putri dari Raja Haji Fisabilillah yang dikenal sebagai sosok perempuan berpengaruh dalam sejarah Kesultanan Riau-Lingga. Kunjungan ini menjadi pelajaran berharga tentang kiprah dan keteladanan tokoh perempuan Melayu di masa lampau.
Selanjutnya, rombongan mengunjungi Balai Adat Pulau Penyengat untuk mengenal lebih dekat tradisi dan budaya masyarakat setempat. Para mahasiswa berkesempatan mengenakan pakaian adat Melayu, mempelajari nilai-nilai adat, serta membaca dan bersyair karya sastra monumental Raja Ali Haji, Gurindam Dua Belas, yang menjadi warisan tak ternilai bangsa Melayu.
Kegiatan diakhiri dengan sesi refleksi dan diskusi bersama dosen pembimbing. Dalam sesi ini, mahasiswa berbagi kesan dan nilai-nilai yang diperoleh, mulai dari pentingnya pelestarian budaya hingga kesadaran akan jati diri bangsa.
Melalui kegiatan ini, mahasiswa STIE Pembangunan Tanjungpinang diharapkan dapat menjadi generasi muda yang tidak hanya unggul secara akademik, tetapi juga memiliki kepedulian terhadap sejarah dan budaya Melayu — sebagai warisan luhur yang perlu dijaga dan dilestarikan untuk generasi mendatang. (r/tya)
Penulis : Chintya Mahasiswi STIE Pembangunan Tanjungpinang