Literasi Wahyu dan Sosial untuk Indonesia Sehat di Era Digital

Opini Oleh: Dr. Edi Rosman, M.Hum (Wakil Rektor III UIN Sjech M. Djamil Djambek Bukittinggi)

Masyarakat Indonesia kini hidup dalam era digital yang penuh percepatan. Hampir seluruh aktivitas belajar, bekerja, berdagang, bahkan bersilaturahmi ditopang oleh teknologi. 

Namun, derasnya arus informasi di dunia maya tidak selalu menghadirkan manfaat. Hoaks, ujaran kebencian, polarisasi politik, serta kecanduan media sosial menjadi ancaman serius bagi kesehatan masyarakat.

Pertanyaan penting pun muncul: bagaimana mewujudkan Indonesia sehat, bukan hanya dalam aspek fisik, tetapi juga mental, sosial, dan moral, di tengah derasnya arus digital? Jawaban yang relevan adalah memperkuat literasi wahyu dan literasi sosial.

Literasi wahyu adalah kemampuan memahami, menginternalisasi, dan mengamalkan pesan-pesan Al-Qur’an dan sunnah dalam kehidupan nyata. 

Literasi ini menekankan nilai-nilai universal seperti tabayyun (klarifikasi informasi), ukhuwah (persaudaraan), serta amar ma’ruf nahi munkar (mengajak pada kebaikan, mencegah keburukan). 

Dalam konteks digital, prinsip-prinsip ini menjadi pedoman moral untuk menjaga interaksi yang sehat.

Literasi sosial, di sisi lain, berarti kemampuan membaca realitas masyarakat, memahami dinamika sosial, serta membangun solidaritas. 

Literasi ini penting karena media digital tidak sekadar ruang pribadi, melainkan ruang publik yang berdampak langsung pada kehidupan orang banyak.

Kombinasi keduanya akan membentuk masyarakat yang bijak: cerdas secara spiritual, kritis dalam bermedia, dan peduli pada dampak sosial.

Mengapa Relevan di Era Digital?

Pertama, ruang digital adalah cermin masyarakat. Jika literasi wahyu dan sosial lemah, ruang maya akan dipenuhi ujaran kebencian dan egoisme.

Kedua, wahyu menawarkan fondasi moral yang melampaui zaman. QS. Al-Hujurat ayat 6 menekankan pentingnya tabayyun memverifikasi berita sebelum menyebarkannya. 

Prinsip ini sangat relevan di tengah banjir hoaks. Begitu pula QS. Al-Hujurat ayat 10 yang menyeru umat beriman untuk menjaga ukhuwah, penting untuk mengatasi polarisasi di dunia maya.

Ketiga, literasi sosial membantu kita menyadari bahwa setiap komentar, unggahan, dan klik membawa konsekuensi. Menurut penelitian Nasrullah (2020), jejak digital bersifat permanen dan dapat memengaruhi reputasi maupun interaksi sosial seseorang.

Indonesia Sehat Berawal dari Ruang Digital Sehat

Kesehatan bangsa tidak hanya soal tubuh bebas penyakit, tetapi juga kesehatan mental dan sosial. Menurut Kementerian Komunikasi dan Informatika (2022), lebih dari 11.000 konten hoaks beredar di Indonesia hanya dalam satu tahun. 

Jika ruang digital dipenuhi fitnah dan kebencian, maka masyarakat rentan terkena “penyakit sosial” berupa kecurigaan, ketidakpercayaan, dan konflik horizontal.

Sebaliknya, jika ruang digital diisi dengan konten edukatif, inspiratif, dan bernilai kebaikan, masyarakat akan lebih optimis, produktif, dan sehat. Dengan demikian, Indonesia Sehat berawal dari ekosistem digital yang sehat.

Tiga Strategi Membangun Literasi Wahyu dan Sosial

1. Integrasi nilai wahyu dalam literasi digital. Pendidikan agama harus menjawab tantangan digital. Prinsip tabayyun, amanah, dan akhlak karimah bisa dijelaskan dalam kaitannya dengan penggunaan media sosial, sehingga agama hadir sebagai solusi kontekstual.

2. Penguatan literasi sosial di masyarakat. Masyarakat perlu dilatih melihat dampak sosial dari setiap tindakan digital. Mengunggah bukan hanya soal kebebasan individu, tetapi juga soal tanggung jawab sosial.

3. Kolaborasi antara negara, pendidikan, dan masyarakat sipil.                 

Pemerintah harus menyeimbangkan regulasi dengan edukasi publik. Kampus dan sekolah harus membekali generasi muda dengan keterampilan kritis bermedia berbasis nilai wahyu dan sosial.

Era digital adalah keniscayaan. Tetapi sehat atau tidaknya bangsa kita dalam menghadapi derasnya arus digital sangat ditentukan oleh kualitas literasi. 

Dengan memadukan literasi wahyu sebagai fondasi moral dan literasi sosial sebagai panduan kebersamaan, Indonesia dapat membangun ruang digital yang lebih sehat, beradab, dan produktif.

Mari kita jadikan media digital bukan sumber penyakit sosial, melainkan sarana dakwah, edukasi, dan penguatan persaudaraan bangsa. Dengan itu, cita-cita Indonesia Sehat di era digital bukan sekadar slogan, tetapi kenyataan yang bisa kita wujudkan bersama. ***